Rabu, 04 Juli 2012

Psikolinguistik dan kedudukannya dengan ilmu disiplin lain


Permadi Hendra Lesmana adalah Mahasiswa  Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan di  Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Abstrak.
Psycholinguistics is the science of the relationship between Minda or brain with language. Psycholinguistics is part of the two disciplines, but in the end stand alone. Psycholinguistics can not be separated from linguistics and psychology because essentially it is the part of both. But it should be clear that the position of psycholinguistics is not biased toward either party. This can be understood through an interdisciplinary process that occurs in language acquisition as well as its position in these two disciplines.

A.    Pendahuluan
Pembelajaran merupakan suatu sistem. Artinya, pembelajaran merupakan satu kesatuan yang terdiri atas berbagai komponen yang saling menunjang. Karena itu, keberhasilan pembelajaran akan ditentukan oleh komponen-komponen yang terlibat dalam pembelajaran tersebut. Komponen-komponen tersebut adalah guru, siswa, tujuan pembelajaran, materi pembelajaran, metode dan teknik pembelajaran, evaluasi, serta sarana yang dibutuhkan. Demikian pula dalam pembelajaran Bahasa, agar pembelajaran bahasa berhasil, komponen komponen tadi harus diperhatikan.
Pernyataan di atas mengisyaratkan bahwa dalam pembelajaran, khususnya pembelajaran bahasa, bukan hanya faktor guru dan materi pembelajaran bahasa yang harus diperhatikan, siswa pun sebagai subjek didik harus diperhatikan demi keberhasilan pembelajaran.
Sebagai alat interaksi verbal, bahasa dapat dikaji secara internal maupun  eksternal. Secara internal dapat dilakukan terhadap struktur internal bahasa itu sendiri, seperti struktur fonologi, morfologi, sintaksis, sampai pada struktur wacana. Sedangkan kajian secara eksternal berkaitan dengan hubungan bahasa itu dengan faktor-faktor atau hal-hal yang ada di luar bahasa, seperti faktor sosial, psikologi, etnis, seni, dan sebagainya. Kajian eksternal bahasa melahirkan disiplin baru yang merupakan kajian antara dua bidang ilmu atau lebih. Salah satunya adalah psikolinguistik yang merupakan kajian antara psikologi dan linguistik yang diperlukan untuk mengatasi berbagai persoalan dalam kehidupan manusia yang semakin kompleks.
Pembelajaran bahasa sebagai salah satu masalah kompleks manusia, selain berkenaan dengan masalah bahasa, juga berkenaan dengan masalah kegiatan berbahasa. Sedangkan kegiatan berbahasa itu bukan hanya berlangsung secara mekanistik, tetapi juga berlangsung secara mentalistik. Artinya kegiatan berbahasa itu berkaitan juga dengan proses atau kegiatan mental (Otak). Oleh karena itu, dalam kaitannya dengan pembelajaran bahasa, studi linguistik perlu dilengkapi dengan studi antardisiplin antara linguistik dan psikologi, yang lazim disebut psikolinguistik serta kedudukannya dalam studi bahasa yang akan dipaparkan lebih lanjut pada makalah ini. 
Berdasarkan uraian di atas dapat dirumuskan masalah sebagai berikut.
1.      Apa yang dimaksud Psikolinguistik?
2.      Bagaimana kedudukan  Psikolinguistik di antara disiplin ilmu yang lain?
Selaras dengan permasalahan di atas tujuan bahasan ini adalah utnuk mengetahui
1.      Pengertian Psikolinguistik
2.      Kedudukan  Psikolinguistik di antara disiplin ilmu yang lain

B.    Pembahasan
1.      Pengertian  Psikolinguistik
Gagasan pemunculan psikolinguistik sebenarnya sudah ada  sejak tahun 1952, yaitu sejak Social Science Research Council di Amerika Serikat mengundang tiga orang linguis dan tiga orang psikolog untuk mengadakan konferensi interdisipliner. Secara formal istilah Psikolinguistik digunakan sejak tahun 1954 oleh Charles E. Osgood dan Thomas A. sebeok dalam karyanya berjudul sycholinguistics, A Survey of Theory and Research roblems. Sejak itu istilah tersebut sering digunakan.
Psikolinguistik merupakan interdisiplin antara Linguistik dan Psikologi. Karena itu, dalam membahas pengertian Psikolinguistik, terlebih dahulu penulis akan berdasar pada pengertian ilmu-ilmu tersebut.
Psikologi berasal dari bahasa Inggris pscychology. Kata pscychology berasal  dari bahasa Greek (Yunani), yaitu dari akar kata psyche yang berarti jiwa, ruh, sukma dan logos yang berarti ilmu.  Jadi, secara etimologi psikologi berati ilmu jiwa.
Pengertian Psikologi sebagai ilmu jiwa dipakai ketika  Psikologi masih berada atau merupakan bagian dari filsafat, bahkan dalam kepustakaan kita pada tahun 50-an ilmu jiwa lazim dipakai sebagai padanan  Psikologi. Kini dengan berbagai alasan tertentu (misalnya timbulnya konotasi bahwa Psikologi langsung menyelidiki jiwa)  istilah ilmu jiwa tidak dipakai lagi.
Pergeseran atau perubahan pengertian yang tentunya berkonsekuensi pada objek Psikologi sendiri tadi tentu saja berdasar pada perkembangan pemikiran para peminatnya. Bruno (Syah, 1995: 8) secara rinci mengemukakan pengertian Psikologi dalam tiga bagian yang pada prinsipnya saling berhubungan. Pertama Psikologi adalah studi mengenai ruh. Kedua Psikologi adalah ilmu pengetahuan mengenai kehidupan mental. Ketiga Psikologi adalah ilmu pengetahuan mengenai tingkah laku organisme.
Pengertian  pertama  merupakan  definisi yang paling kuno dan klasik (bersejarah) yang berhubungan dengan filsafat Plato (427-347 SM) dan Aristoteles (384-322 SM). Mereka menganggap bahwa kesadaran manusia berhubungan dengan ruhnya. Karena itu, studi mengenai kesadaran dan proses mental manusia pun merupakan bagian dari studi mengenai ruh.
Ketika Psikologi  melepaskan  diri  dari filsafat sebagai induknya dan menjadi ilmu yang mandiri pada tahun 1879, yaitu saat Wiliam Wundt (1832-1920) mendirikan   laboratorium pskologinya, ruh dikeluarkan dari studi psikologi. para ahli, di antaranya William james (1842-1910) sehingga pendapat kedua menyatakan bahwa  psikologi sebagai ilmu pengetahuan mengenai kehidupan mental.
Pengertian ketiga dikemukakan  J.B. Watson (1878-1958) sebagai tokoh yang radikal yang tidak puas dengan definisi tadi lalu beliau mendefinisikan Psikologi sebagai ilmu pengetahuan tentang tingkah laku (behavior) organisme. Selain itu, Watson sendiri menafikan (menganggap tidak ada) eksistensi ruh dan kehidupan mental. Eksistensi ruh dan kehidupan internal manusia menurut Watson dan kawan-kawannya tidak dapat  dibuktikan karena tidak ada, kecuali dalam hayalan belaka. Dengan demikian dapat kita katakan bahwa Psikologi behaviorisme adalah aliran ilmu jiwa yang tidak berjiwa.
Untuk menengahi pendapat tadi muncullah pengertian yang dikemukakan oleh pakar yang lain, di antaranya Crow & Crow. Menurutnya Psikologi adalah ilmu yang mempelajari tingkah laku manusia, yakni interaksi manusia dengan dunia sekitarnya (manusia, hewan, iklim, kebudayaan, dsb.
Pengertian Psikologi di atas sesuai dengan kenyataan yang ada selama ini, yakni bahwa para psikolog pada umumnya menekankan penyelidikan terhadap perilaku manusia yang bersifat jasmaniah (aspek pasikomotor) dan yang bersifat rohaniah (kognitif dan afektif). Tingkah laku psikomotor (ranah karsa) bersifat terbuka, seperti berbicara, duduk, berjalan, dsb., sedangkan tingkah laku kognitif dan afektif (ranah cipta dan ranah rasa) bersifat tertutup, seperti berpikir, berkeyakinan, berperasaan, dsb.
Berdasarkan pengertian-pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa Psikologi ialah ilmu pengetahuan mengenai prilaku manusia baik yang tampak maupun yang tidak tampak.
Linguistik  adalah  ilmu  yang mempelajari  bahasa secara ilmiah  (Kridalaksana, 1982: 99).
Secara lebih rinci dalam Webster’s New Collegiate Dictionary (Nikelas,  1988: 10) dinyatakan linguistics is the study of human speech including the units, nature, structure, and modification of language ‘linguistik adalah studi tentang ujaran manusia termasuk unit-unitnya, hakikat bahasa, struktur, dan perubahan-perubahan  bahasa’.
Dalam Oxford Advanced Learner’s Dictionary (Nikelas, 1988: 10) dinyatakan linguistics is the science of language, e.g. its structure, acquisition, relationship to other forms of communication ‘linguistik adalah ilmu tentang bahasa yang menelaah, misalnya tentang struktur bahasa, pemerolehan bahasa dan tentang hubungannya dengan bentuk-bentuk lain dari komunikasi’.
Dari pendapat-pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa Linguistik ialah ilmu tentang bahasa dengan karakteristiknya. Bahasa sendiri dipakai oleh manusia, baik dalam berbicara maupun menulis dan dipahami oleh manusia baik dalam menyimak ataupun membaca.      
Berdasarkan pengertian psikologi dan Linguistik pada uraian sebelumnya dapat disimpulkan bahwa Psikolinguistik adalah ilmu yang mempelajari perilaku berbahasa, baik prilaku yang tampak maupun perilaku yang tidak tampak.
Untuk lebih jelasnya, mengenai pengertian Psikolinguistik berikut ini dikemukakan beberapa definisi Psikolinguistik.
Aitchison (Dardjowidojo, 2003: 7) berpendapat bahwa psikolinguistik adalah studi tentang bahasa dan minda.
Sejalan dengan pendapat di atas. Field (2003: 2) mengemukakan psycholinguistics explores the relationship between the human mind and language ‘psikolinguistik membahas hubungan antara otak manusia dengan bahasa’.
Minda atau otak beroperasi ketika terjadi pemakaian bahasa. Karena itu, Harley (Dardjowidjojo: 2003: 7) berpendapat  bahwa psikolinguistik adalah studi tentang proses mental-mental dalam pemakaian bahasa.
Sebelum menggunakan bahasa, seorang pemakai bahasa terlebih dahulu memperoleh bahasa. Dalam kaitan ini  Levelt (Marat, 1983: 1) mengemukakan bahwa Psikolinguistik adalah suatu studi mengenai penggunaan dan perolehan bahasa oleh manusia.
Kridalaksana  (1982: 140) pun berpendapat sama dengan menyatakan bahwa psikolinguistik adalah ilmu yang mempelajari hubungan  antara bahasa dengan perilaku dan akal budi manusia serta kemampuan berbahasa dapat diperoleh.
Dalam proses berbahasa terjadi proses memahami dan menghasilkan ujaran,  berupa kalimat-kalimat. Karena itu, Emmon Bach (Tarigan, 1985: 3) mengemukakan bahwa Psikolinguistik adalah suatu ilmu yang meneliti bagaimana sebenarnya para pembicara/pemakai  bahasa membentuk/membangun kalimat-kalimat bahasa tersebut.
Sejalan dengan pendapat di atas Slobin (Chaer, 2003: 5) mengemukakan bahwa psikolinguistik mencoba menguraikan proses-proses psikologi yang berlangsung jika seseorang mengucapkan kalimat-kalimat yang didengarnya pada waktu berkomunikasi dan bagaimana kemampuan bahasa diperoleh manusia.
Secara lebih rinci Chaer (2003: 6)  berpendapat bahwa  psikolinguistik mencoba menerangkan hakikat struktur bahasa, dan bagaimana struktur itu diperoleh, digunakan pada waktu bertutur, dan pada waktu memahami kalimat-kalimat dalam pertuturan itu.
Pada hakikatnya dalam kegiatan berkomunikasi terjadi proses memproduksi dan memahami ujaran.  Dalam kaitan ini Garnham (Musfiroh, 2002: 1) mengemukakan Psycholinguistics is the study of a mental mechanisms that nake it possible for people to use language. It is a scientific discipline whose goal is a coherent theory of the way in which language is produce and understood ‘Psikolinguistik adalah studi tentang mekanisme mental yang terjadi pada orang yang menggunakan bahasa, baik pada saat memproduksi atau memahami ujaran’.
Ujaran merupakan sintesis dari proses pengubahan konsep menjadi kode, sedangkan pemahaman pesan merupakan rekognisi sebagai hasil analisis. Karena itu,  Lyons berpendapat bahwa tentang psikolinguistik dengan menyatakan bahwa psikolinguistik adalah telaah mengenai produksi (sintesis) dan rekognisi (analisis).
Bahasa sebagai wujud atau hasil proses dan sebagai sesuatu yang diproses bisa berupa   bahasa  lisan  atau  bahasa  tulis,  sebagaimana  dikemukakan   oleh  Kempen (Marat, 1983: 5) bahwa Psikolinguistik adalah studi mengenai manusia sebagai pemakai bahasa, yaitu studi mengenai sistem-sistem bahasa yang  ada pada manusia yang dapat menjelaskan cara manusia dapat menangkap ide-ide orang lain dan bagaimana ia dapat mengekspresikan ide-idenya sendiri melalui bahasa, baik secara tertulis ataupun secara lisan. Apabila dikaitkan dengan keterampilan berbahasa yang harus dikuasai oleh siswa, hal ini berkaitan dengan keterampilan berbahasa, yaitu menyimak, berbicara, membaca, dan menulis.
Pendapat di atas pun secara tersurat  menyatakan bahwa Psikolinguistik pun mempelajari  pemerolehan bahasa oleh manusia sehingga manusia mampu berbahasa. Lebih jauhnya bisa berkomunikasi dengan manusia lain, termasuk tahapan-tahapan yang dilalui oleh seorang anak manakala anak belajar berbahasa sebagaimana dikemukakan oleh Palmatier (Tarigan, 1985: 3) bahwa Psikolinguistik adalah ilmu yang mempelajari perkembangan bahasa anak. 
Semua bahasa yang diperoleh pada hakikatnya dibutuhkan untuk berkomunikasi. Karena itu,  Slama (Pateda, 1990: 13) mengemukakan bahwa psycholinguistics is the study of relations between our needs for expression and communications and the means offered to us by a language learned in one’s childhood and later ‘psikolinguistik adalah telaah tentang hubungan  antara kebutuhan-kebutuhan kita untuk berekspresi dan berkomunikasi dan benda-benda yang ditawarkan kepada kita melalui bahasa yang kita pelajari sejak kecil dan tahap-tahap selanjutnya.
Berdasarkan pendapat para pakar di atas dapat disimpulkan bahwa Psikolinguistik adalah ilmu yang mempelajari perilaku berbahasa, baik prilaku yang tampak maupun perilaku yang tidak tampak. berupa persepsi, pemproduksian bahasa, dan  pemerolehan bahasa.
Perilaku yang tampak dalam berbahasa adalah perilaku manusia ketika  berbicara dan menulis atau ketika dia memproduksi  bahasa, sedangkan prilaku yang tidak tampak adalah perilaku manusia ketika memahami yang  disimak atau dibaca sehingga menjadi sesuatu yang dimilikinya atau memproses sesuatu yang akan diucapkan atau ditulisnya.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan ruang lingkup Psikolinguistik yaitu penerolehan bahasa, pemakaian bahasa, pemproduksian bahasa, pemprosesan bahasa, proses pengkodean,  hubungan antara bahasa dan prilaku manusia, hubungan antara bahasa dengan otak. Berkaitan dengan hal ini Yudibrata, Andoyo Sastromiharjo, Kholid A. Harras(1997/1998:  9) menyatakan bahwa Psikolinguistik meliputi pemerolehan atau akuaisisi bahasa, hubungan bahasa dengan otak, pengaruh pemerolehan bahasa dan penguasaan bahasa terhadap kecerdasan cara berpikir, hubungan encoding (proses mengkode) dengan decoding (penafsiran/pemaknaan kode), hubungan antara pengetahuan bahasa dengan pemakaian bahasa dan perubahan bahasa).
Secara lebih rinci Musfiroh pun berpendapat (2002: 8) bahwa Psikolingusitik meliputi
a.      Hubungan antara bahasa dan otak, logika, dan pikiran
b.      Proses bahasa dalam komunikasi: produksi, persepsi dan komprehensi
c.      Permasalahan makna
d.      Persepsi ujaran dan kognisi
e.      Pola tingkah laku berbahasa
f.        Pemerolehan bahasa pertama dan kedua
g.      Proses berbahasa pada individu abnormal
(Musfiroh, 2002: 8)
Karena psikologi merupakan bagian dari psikolinguistik, untuk mempermudah  pemahman selanjutnya perlu dibicarakan ranah psikologi.
2. Kedudukan Psikolinguistik hubungannya dengan disiplin ilmu yang lain
Psikolinguistik terbentuk dari dua bidang ilmu yang berbeda. Namun, keduanya sama-sama meneliti bahasa sebagai objek formalnya. Hanya objek materinya saja yang berbeda, linguistik mengkaji struktur bahasa, sedangkan psikologi mengkaji perilaku berbahasa atau proses berbahasa. dengan adanya psikolinguistik dapat meneliti bagaimana sebenarnya pembicara membentuk dan membangun suatu atau mengerti kalimat tersebut. Hal ini mengacu pada domain kognitif, yakni bagaimana bahasa berproses dalam otak kita. Bahasa yang diwujudkan dalam kalimat dihasilkan oleh pebicara yang kemudian diusahakan untuk dimengerti oleh pendengar.  Menurut Lado psikologi dalam linguistik hanya merupakan sebuah pendekatan. Pendekatan untuk menelaah pengetahuan bahasa, pemakaian bahasa dan perubahan bahasa. Pengetahuan bahasa bersangkut paut dengan masalah kognitif. Pemakaian bahasa berkaitan dengan praktek pengetahuan bahasa. Dan Peruabahan bahasa menyangkut akuisisi bahasa dan tahap perkembanganya.
Psikolinguistik termasuk salah satu cabang linguistik yang kompleks dan  perkembangannya sangat pesat karena membuka diri pada temuan disiplin ilmu lain sebagai alat bantu untuk menginterpretasikan masalah pemerolehan bahasa serta komprehensi dan produksi bahasa. Ahli psikolinguistik dituntut untuk dapat melakukan analisis pada semua tataran linguistik dengan baik karena psikolinguistik berusaha memahami bagaimana proses berbahasa di otak manusia. Ketika berkomunikasi, manusia memproduksi ujaran lisan atau tulisan. Orang yang diajak berkomunikasi akan mendenggar atau melihat apa yang hendak dikomunikasikan dan berusaha memahami apa yang diujarkan atau dituliskan. Di dalam proses tersebut, berbagai perasaan senang atau sedih dapat diekspresikan dengan kata-kata. Hal-hal yang biasa terjadi di sekitar kita pun dapat dijelaskan dengan kata-kata.
Psikolinguistik mencoba menguraikan proses-proses psikologi yang berlangsung jika seseorang mengucapkan kalimat-kalimat yang didengarnya pada waktu berkomunikasi, dan bagaimana kemampuan berbahasa itu diperoleh oleh manusia. Maka secara teoretis, kedudukan psikolinguistik dalam studi bahasa adalah mencari satu teori bahasa yang secara linguistik dapat diterima dan secara psikologi dapat menerangkan hakikat bahasa dan pemerolehannya. Dengan kata lain, psikolinguistik mencoba menerangkan hakikat struktur bahasa dan bagaimana struktur tersebut diperoleh, digunakan pada waktu bertutur, dan pada waktu memahami kalimat-kalimat dalam pertuturan.












Daftar Pustaka
Chaer, Abdul. (2003). Psikolinguistik: Kajian Teoretik. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Dardjowidjojo, Soenjono. (2003). Psikolinguistik: Pengantar Pemahaman Bahasa Manusia. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.
Field, John. (2003). Psycholinguistics. London: Routledge.
Kridalaksana, Harimurti. (1982). Kamus Linguistik. Jakarta: PT Gramedia.
Marat, Samsunuwiyati. (1983). Psikolinguistik. Bandung: Fakultas Psikologi Universitas Padjadjaran.
Martinet, Andre. (1987). Ilmu Bahasa: Pengantar (terjemahan Rahayu Hidayat). Yogyakarta: Kanisius.
Musfiroh, Tadkirotun. (2002). Pengantar psikolinguistik. Yogyakarta: Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas Negeri Yogyakarta.
Nababan, Sri Utari Subiyakto. (1992). Psikolinguistik: Suatu Pengantar. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
Nikelas, Syahwin. (1988). Pengantar Linguistik untuk Guru Bahasa. Jakarta Depdikbud: Depdikbud Dirjen Dikti PPLPTK.
Pateda, Mansoer. (1990). Aspek-aspek Psikolinguistik.  Ende Flores: Nusa Indah.
Syah, Muhibin. (1995). Psikologi Pendidikan suatu Pendekatan Baru. Bandung: Rosdakarya.
Syah, Muhibin. (2004).  Psikologi Belajar.  Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Tarigan, Henry Guntur. ( 1985). Psikolinguistik. Bandung: Angkasa.
Yudibrata, Karna;  Andoyo Sastromiharjo; dan Kholid A. Harras. (1997/1998). Psikolinguistik. Jakarta: Depdikbud PPGLTP Setara D-III.
Chaer, Abdul. 2009. “Psikolinguistik:Kajian teoretik”. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Dardjowidjojo, Soenjono. 2010. “Psikolinguistik:Pengantar Pemahaman Bahasa Manusia”. Jakarta:Yayasan Obor Indonesia.
Samsunuwiyati. 2005. “Psikolinguistik Suatu pengantar”. Bandung:Refika Aditama.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar