Selasa, 19 Juni 2012

Analisis Kesalahan Berbahasa Pada Koran “Pikiran Rakyat” Edisi 24 Mei 2012 Tugas ini disusun sebagai tugas akhir mata kuliah Anakon Anakes


Analisis Kesalahan Berbahasa
Pada Koran “Pikiran Rakyat” Edisi 24 Mei 2012
Tugas ini disusun sebagai tugas akhir mata kuliah Anakon Anakes


Oleh ;
Permadi Hendra Lesmana
109013000118
Kelas VI A


JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UIN SYARIF HIDAYATULAH
JAKARTA
2012




Hasil Penelitian
I.         Pendahuluan
A.    Latar Belakang
Analisis kesalahan berbahasa adalah salah satu cara untuk menjawab bagaimana menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar. Kesalahan berbahasa merupakan sisi yang mempunyai cacat pada ujaran atau tulisan. Kesalahan tersebut merupakan bagian-bagian konversasi atau komposisi yang menyimpang dari norma baku atau norma terpilih dan performasi bahasa orang dewasa (dalam Tarigan, 1988: 141).
Untuk menyampaikan berita (pesan, amanat, ide, dan pikiran) dibutuhkan bahasa yang singkat, jelas, dan padat agar segala sesuatu yang disampaikan mudah di mengerti. Namun, pada kenyataannya sekarang masih banyak pemakai bahasa yang tidak menyadari bahwa bahasa yang digunakan tidak benar atau masih terdapat kesalahan-kesalahan. Kesalahan berbahasa Indonesia masih banyak dijumpai dalam media cetak, khususnya surat kabar.
Surat kabar merupakan salah satu media massa yang menggunakan bahasa tulisan sebagai alat utamanya. Peran surat kabar sebagai salah satu guru Bahasa Indonesia yang baik dan benar bagi masyarakat menjadi sulit terwujud, karena kesalahan-kesalahan yang seharusnya tidak boleh terjadi. Sebagai salah satu media cetak yang paling produktif menggunakan ragam bahasa tulis, sasaran informasi yang disampaikan surat kabar adalah pembaca dari seluruh lapisan masyarakat. Oleh karena itu, perlu diperhatikan pemakaian Bahasa Indonesia yang baik dan benar. Baik dalam arti sesuai dengan situasi dan kondisi pemakainya, sedangkan benar dalam arti sesuai dengan kaidah Bahasa Indonesia yang berlaku.
Berkaitan dengan hal tersebut, saya memiliki kesempatan untuk menganalisis kesalahan berbahasa dalam surat kabar Pikiran Rakyat tanggal 24 Mei 2012.

B.     Rumusan Masalah
1.      Bagaimana teori mengenai kata depan, kata ulang, singkatan, akronim, diksi/jargon, selip, silaf, addition (penambahan), omission (pengurangan), kalimat yang bermakna ambigu, kalimat langsung, dan tak langsung?
2.      Bagaimana hasil analisis kesalahan berbahasa dalam surat kabar Pikiran Rakyat tanggal 24 Mei 2012?
C.     Tujuan
1.      Mendeskripsikan teori kata depan, kata ulang, singkatan, akronim, diksi/jargon, selip, silaf, addition (penambahan), omission (pengurangan), kalimat yang bermakna ambigu, kalimat langsung dan tak langsung.
2.      Mendeskripsikan hasil analisis kesalahan berbahasa dalam surat kabar Pikiran Rakyat tanggal 24 Mei 2012.

II.      Teori
1.    Kata depan ialah kata yang biasanya berada di depan kata benda. Kata depan dapat berupa sebuah kata atau gabungan kata. Kata depan juga disebut preposisi, seperti dari, dengan, di, dan ke.[1]
2.    Kata ulang adalah kata yang terjadi dari hasil perulangan. Kata ulang juga disebut reduplikasi. Perulangan terjadi secara utuh atau hanya sebagian. Kata ulang terbagi atas, kata ulang dasar (dwilingga), kata ulang awal suku kata (dwipurwa), kata ulang berimbuhan, kata ulang berubah bunyi (dwilingga salin suara), dan kata ulang semu.[2]
3.    Singkatan ialah bentuk yang diperpendekkan yang terdiri atas satu huruf atau lebih.
a.       Singkatan nama orang, nama gelar, sapaan, jabatan, atau pangkat diikuti dengan tanda titik. Misalnya, A.S Kramawijaya, Muh. Yamin, Sukanto S.A, M.B.A (master of business administration), S.E. (Sarjana Ekonomi), Bpk.(Bapak), Sdr. (Saudara).
b.      Singkatan nama resmi lembaga pemerintah dan ketatanegaraan badan atau organisasi, serta nama dokumen resmi yang terdiri atas huruf awal kata ditulis dengan huruf capital dan tidak diikuti dengan tanda titik. Misalnya: DPR (Dewan Perwakilan Rakyat), PGRI (Persatuan Guru Republik Indonesia), KTP (kartu tanda pengenal).
c.       Singkatan umum yang terdiri atas tiga huruf atau lebih diikuti satu tanda titik. Misalnya: dll. (dan lain-lain), dsb. (dan sebagainya), hlm. (halaman), tetapi a.n. (atas nama), d.a. (dengan alamat), u.b. (untuk beliau), u.p. (untuk perhatian), Yth. (Yang terhormat)
d.      Lambang kimia, singkatan satuan ukuran, takaran, timbangan, dan mata uang tidak diikuti tanda titik. Misalnya: Cu (kuprum), TNT (trinitrotoluen), cm (sentimeter), kg (kilogram), Rp (rupiah).
Akronim ialah singkatan yang berupa gabungan huruf awal, gabungan suku kata ataupun gabungan huruf dan suku kata dari deret kata yang diperlakukan sebagai kata.
a.       Akronim nama diri yang berupa gabungan huruf awal dari deret kata ditulis seluruhnya dengan huruf kaipital. Misalnya: ABRI (Angkatan Bersenjata Republik Indonesia), IKIP (Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan), SIM (surat izin mengemudi).
b.      Akronim nama diri yang berupa gabungan suku kata atau gabungan huruf dan suku kata dari deret kata ditulis dengan huruf awal huruf kapital. Misalnya: Akabri (Akademi Angkatan Bersenjata Republik Indonesia), Bappenas (badan Perencanaan Pembangunan Nasional), Kowani (Kongres Wanita Indonesia).
c.       Akronim yang bukan nama diri yang berupa gabungan huruf, suku kata, ataupun gabungan huruf dan suku kata dari deret kata seluruhnya ditulis dengan huruf kecil. Misalnya: pemilu (pemilihan umum), radar (radio detecting and ranging), rudal (peluru kendali).[3]
4.    Diksi adalah pilihan kata dan kejelasan lafal untuk memperoleh efek tertentu dalam berbicara di depan umum atau dalam karang-mengarang.[4]
5.    Selip adalah penyimpangan bentuk lahir karena beralihnya pusat perhatian topik pembicaraan secara sesaat (kesalahan bisa menimbulkan selip bahasa). Dengan demikian selip bahasa terjadi secara tidak disengaja. Sedangkan  silaf adalah penyimpangan bentuk lahir dari struktur baku yang terjadi karena pemakai belum menguasai sepenuhnya kaidah bahasa. Faktor yang mendorong timbulnya kesilafan adalah faktor kebahasaan yang mengikuti pola-pola tertentu. Silaf terdiri dari dua jenis yaitu silaf lidah (dalam pengucapan) dan silaf jari (dalam pengetikan).
6.    Addition (penambahan) ditandai oleh hadirnya suatu butir atau unsur yang seharusnya tidak muncul dalam ucapan yang baik dan benar.Contoh kalimat:
Para mahasiswa-mahasiswa.
Banyak rumah-rumah.
Seharusnya:
Para mahasiswa atau mahasiswa-mahasiswa
Banyak rumah atau rumah-rumah[5]
7.    Omission (penghilangan) adalah kesalahan-kesalahan yang bersifat “penghilangan” ini ditandai oleh ketidakhadiran suatu butir yang seharusnya ada dalam ucapan yang baik dan benar. Contoh kalimat:
Kami membeli makan enak warung.
Kalimat tersebut mengalami kerancuan makna karena penghilangan butir kata (preposisi) yang tidak seharusnya terjadi. Seharusnya kalimat yang benar adalah:
Kami membeli makanan di warung.[6]
8.    Kalimat yang bermakna ambigu (Ambiguitas)
Ambiguitas adalah ketaksaan sering diartikan sebagai kata yang bermakna ganda atau mendua arti. kegandaan makna dalam ambiguitas berasal dari satuan gramatikal yang lebih besar yaitu frase atau kalimat, dan terjadi sebagai akibat penafsiran struktur gramatikal yang berbeda[7].
Contoh: Kuterima hadiah kedua kakakku dengan senang hati
kalimat tersebut bisa berarti
Hadiah kedua dari kakakku.
Hadiah dari kedua kakakku.
9.      Kalimat langsung
Kalimat langsung adalah kalimat baik yang berupa kalimat deklaratif, introgatif, dan imperatif yang dapat berfungsi sebagai subjek, predikat, atau objek dan secara cermat menirukan apa yang dianjurkan orang[8].
            Contoh:  “Kita harus membersihkan halaman rumah”, kata Ibu.

10.                        Kalimat tak langsung adalah kalimat deklaratif atau kalimat interogatif, yang dapat berfungsi sebagai subjek, predikat, atau objek yang melaporkan apa yang diujarkan orang.[9]



III.   Hasil
A.    Berita Utama
1.      Terdapat 48 kata depan yaitu di Stadion, di Tanah Asykar Bertuah, dengan hasil, di Riau, di kandangnya, dengan tambahan, 35 dari 25, di posisi, dari Sriwijaya, pada laga, dijaga, dilatih, dinilai, dengan  kondisi, diutarakan, ditemui, diterapkan, pada  lapangan, dengan  kontur,  di  stadion,  di awal, dipakai, diamati, diprediksi, dengan main, kepada, pada babak, dari Milijan, ke sisi, kedua,di sekitar, dengan penampilan, di stadion, dengan strategi, di  lini depan, disyukuri , dengan  permainan, di kandang, ke timnya, kepada pemain, dijebol, di kubu, dengan hasil, di kandang kami, ke papan tengah, di segala lini, dengan tim, dan diabaikan,  
2.      Terdapat tiga kata ulang yaitu bola-bola panjang, kawan-kawan,dan anak-anak.
3.      Terdapat tiga singkatan yaitu PSPS pekanbaru,  Sriwijaya FC( Football Club),dan PT(Perseroan Terbatas). Sedangkan hanya ada satu akronim yaitu Persib (Persatuan Sepakbola Bandung).
4.      Diksi pada berita utama terdapat pada paragraf ketiga, kendati menuai hasil seri. Pada kalimat berita lebih tepat menggunakan kata mendapat daripada kata menuai. Pada paragraf keempat, Maman Abdurahman dan kawan-kawan tidak mampu mengoyak gawang PSPS yang dijaga oleh Fauzal Mubaraq. Pemilihan kata mengoyak mungkin cukup berlebihan alangkah lebih baik jika menggunakan kata menjebol. Pada paraghraf keenam, Bahkan empat kali tembakan sudut dari Milijan Radovic masih belum mampu membuahkan gol.  pada kalimat berita lebih tepat jika menggunakan .kata menghasilkan daripada kata membuahkan.pada paragraph sepuluh, “..koordinasi pemain depan kurang jalan” kata kurang jalan pada kalimat itu kurang pas seharusnya diubah menjadi kurang baik.
5.      Addition (penambahan) terdapat pada kalimat berikut, “..tapi sepertinya mereka merasa kepanasan sehingga berpengaruh saat main.” Kalimat tersebut seharusnya menjadi “tapi sepertinya mereka kepanasan sehingga berpengaruh saat main” menjadi demikian, karena panas sudah merupakan menunjukkan rasa jadi tidak perlu diulang kembali. Lalu ada lagi di paragraph kedua terakhir, “Striker kami tinggal bersisa dua” seharusnya “Striker kami tinggal dua” karena tinggal itu sudah mengartikan ‘sisa”.
6.      Omission (penghilangan) terdapat pada kalimat “Kami memiliki banyak peluang gol” di kalimat itu ada kata yang hilang. Seharusnya” kami memiliki banyak peluang untuk menciptakan gol”  dan juga kalimat Menurut dia, bisa pulang membawa poin sudah hasil baik bagi timnya. Seharusnya, Menurut dia, bisa pulang membawa poin sudah merupakan hasil baik bagi timnya.

7.      a. Kalimat langsung
1).      Paragraf kelima, “Di awa permainan, taktik itu masih dipakai. Tapi setelah diamati, pergerakan bola jadi susah di prediksi. Oleh karena itu, saya instruksikan ganti taktik dengan main bola-bola panjang kepada pemain,” ujarnya.
2).      Paragraf kedelapan, “kami memiliki banyak peluang gol. Sayang, penyelesaian akhir serangan selalu jelek. Selain kondisi lapangan tidak sesuai dengan strategi kami, saya akui koordinasi pemain depan kurang jalan,” kata Robby.
3).      Paragraf kesembilan, “Anak-anak sudah main bagus, tapi sepertinya mereka merasa kepanasan sehingga berpengaruh saat main. Sayang sih,, tidak bisa menang, dapat tiga poin, tapi saya cukup senang dengan permainan kali ini,” ujarnya..
4).      Paragraf kesepuluh, “Katanya lawan itu tengah ada persoalan intern. Bisa saja berpengaruh ke timnya. Tapi meski tahu soal itu, saya selalu tegaskan kepada mereka tidak menganggap enteng lawan. Terbukti, gawang lawan sulit dijebol” katanya.
5).      Paragraf kesebelas, “Kami main tidak dengan tim komplet, tapi usaha para pemain sudah maksimal,” tuturnya
6).      Paragraf ketiga belas, “Striker kami tinggal bersisa dua, Zaenal Arief dan Isnaini, dan keduanya juga termasuk yang jarang main,” katanya
7).      Paragraph keempatbelas, “Tapi sekalinya menyerang, sangat berbahaya,” tutur Mundari.
b. Kalimat tak langsung
1).      Paragraf kelima, Robby mengatakan, strategi sentuhan satu-dua kurang tepat diterapkan pada lapangan dengan kontur bergelombang seperti di stadion Kuansing..
2).      Paragraf kesembilan, Robby pun tidak kecewa dengan penampilan timnya. Ia merasa cukup puas dengan satu poin ini. Meski ia pun mengakui, pergerakan timnya terbilang lamban dalam merespon serangan lawan. Padahal cuaca di stadion saat pertandingan terbilang mendung, tidak terik seperti biasanya..
3).      Paragraf kesebelas, Menurut dia, bisa pulang membawa poin sudah hasil baik bagi timnya.
4).      Paragraf keempat belas, Mundari mengakui, prmainan skuadnya memeang banyak kekurangan di segala lini.
5).      Paragraf kelimabelas, Mundari mengatakan kehabisan pilihan untuk lini depan.
.

B.     Tajuk Rencana
1.      Terdapat 33 kata depan yaitu pada kepentingan, ke permukaan, pada pemilu, dinilainya, di tempat, disebut-sebut,ke gelanggang, dengan empat pilar, diskursus, di atas, diselingi, disambut, dirawat, dipelihara, diskursus publik,dibatasi, dari sarana, dididik, disertai, dengan substansi, diskursus itu sendiri, pada pertentangan, dari hitungan, dari aspek medis, di atas, disebutkan,dikatakan, di Redaksi, dinilai, dari ukuran, dari parpol, diskursus ihwal, dengan sebanyak mungkin, dan pada kepentingan rakyat.
2.      Terdapat empat kata ulang, yaitu tokoh-tokoh, disebut,sebut, undang-undang, pos-pos, dan figur-figur.
3.      Terdapat empat singkatan, yaitu MPR, TK, JK,dan RI. Dan juga memiliki tiga akronim yaitu Pemilu, Pilpres dan Parpol

a.       Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) seharusnya MPR (Majelis Permusyawaratan Rakyat)
b.      TK seharusnya TK (Taufik Kiemas)
c.       JK seharusnya JK (Jusuf Kalla)
d.      RI seharusnya RI (Republik Indonesia)
e.       Pemilu seharusnya Pemilu (Pemilihan Umum)
f.       Parpol seharusnya Parpol  (Partai politik)
g.      Pilpres seharusnya Pilpres (Pemilihan Presiden)
Tanda kurung berfungsi mengapit tambahan keterangan atau penjelasan. Oleh karena itu, yang berada di dalam tanda kurung seharusnya adalah sebuah penjelasan dari akronim tersebut.
4.      Silaf terdapat pada paragraf ketiga, “….kesempatan untuk mengendalikan pos-pos politik penting malah mencontek pikiran, perilaku dan “keterampilan” kalangan tua... Seharusnya, “….kesempatan untuk mengendalikan pos-pos politik penting malah menyontek pikiran, perilaku dan “keterampilan” kalangan tua...”
5.      Addition (penambahan) terdapat pada kalimat berikut Memang, hanya melihat umur memang agak susah untuk menilai matang tidak matangnya seseorang.seharusnya Memang, hanya melihat umur agak susah untuk menilai matang tidak matangnya seseorang.
6.      Omission (pengurangan) terdapat pada kalimat berikut, ”Menurut JK, undang-undang menyebutkan, kalau kita bicara tentang presiden justru yang dibatasi batas bawah (usia minimal) bukan batas atas” seharusnya seperti ini “Menurut JK, undang-undang menyebutkan, kalau kita bicara tentang presiden justru yang dibatasi batas bawah (usia minimal) bukan batas atas (usia maksimal). pada paragraf ketiga, JK mengatakan jika TK ingin membatasi batas atas, itu tidak sesuai dengan empat pilar bernegara. Seharusnya, JK (Jusuf Kalla) mengatakan jika TK  (Taufik Kiemas) ingin membatasi batas atas, itu tidak sesuai dengan empat pilar bernegara.
7.      Kalimat yang bermakna ambigu terdapat pada paragraf keenam, Perpaduan ini menjadi identitas khas kota Bandung dan kemudian menjadi magnet bagi perkembangan bisnis dan jasa, terutama pariwisata. Magnet pada kalimat tersebut memiliki arti menarik, yaitu dalam hal menarik perhatian masyarakat.
8.      Tidak ada kalimat langsung dalam tajuk rencana ini. Kalimat tak langsung dalam tajuk rencana ini yaitu:
a.       Taufik Kiemas meminta tokoh-tokoh senior tak lagi mencalonkan diri dalam suksesi kepemimpinan nasional pada Pemilu 2014 nanti.
b.      Menurut JK, undang-undang menyebutkan, kalau kita bicara tentang presiden justru yang dibatasi batas bawah (usia minimal) bukan batas atas. JK mengatakan jika TK ingin membatasi batas atas, itu tidak sesuai dengan empat pilar bernegara.
c.       Eef Saefulloh Fatah dalam suatu diskusi di Redaksi Pikiran Rakyat. Menurut dia, pemimpin tidak harus dinilai dari ukuran tua atau muda, berasal dari parpol atau tidak. Kita sejarang justru melihat sebagian kecil kalangan muda yang memperoleh kesempatan untuk mengendalikan pos-pos politik penting malah mencontek pikiran, perilaku dan “keterampilan” kalangan tua.





Daftar Pustaka
Kridalaksana, Harimurti, Kamus Linguistik,4th ed. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2008
Nurhayati, Dini, dkk, Makalah Klasifikasi Kategori Linguistik dan Struktur Permukaan
Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Departemen Pendidikan Nasional Republik
Indonesia, Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan dan
pedoman Umum Pembentukan Istilah Bandung: Yrama Widya, 2001
EYD Plus, Jakarta: Limas, 2007


[1] EYD Plus, (Jakarta: Limas, 2007),  h. 129
[2] Ibid, h. 140
[3] Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Departemen Pendidikan Nasional Republik Indonesia,     
Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan dan pedoman Umum Pembentukan Istilah (Bandung: Yrama Widya, 2001), h. 25
[4] Harimurti Kridalaksana, Kamus Linguistik,4th ed. (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2008), h. 60
[5] Dini Nurhayati, dkk, “Makalah Klasifikasi Kategori Linguistik dan Struktur Permukaan”, h. 5
[6] Ibid, Dini Nurhayati, dkk, h. 5
[8] Harimukti Kridalaksana, Kamus Linguistik, (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2008), h. 105
[9] Ibid, Harimurti Kridalaksana, h. 106

Tidak ada komentar:

Posting Komentar