Berbicara
pemimpin pasti kita akan mencari sosok yang yang dianggap sempurna dari semua
calon. Akan tetapi ada juga yang tidak boleh terlupa untuk bahan pertimbangan
yakni sejarah mereka atau yang lebih dikenal dengan Track Record. Akhir-akhir ini masyarakat riuh dengan penyapresan
Jokowi yang dianggap mengagetkan meski sebenarnya sudah sering wacana ini
mengapung-ngapung di media.
Jokowi adalah
kemasan baru dikancah perpolitikkan Indonesia. Fisik yang tidak 'memadai'
karena terlalu kurus dianggap tidak mewakili kelas pejabat justru menjadi
keunggulan tersendiri dibanding dengan capres lain. Sudah menjadi Joke di semua
kalangan bahwa pejabat yang tubuhnya tambun adalah hasil nyata dari uang haram
hasil korupsi. Meski hal ini hanyalah anggapan sepihak dan tidak bisa
dibuktikan secara intelektual maupun konstitusional dari hubungan sebab-akibat
tersebut, namun tetap saja anggapan ini yang menang di dalam kepala jutaan
rakyat Indonesia. lagipula belakangan ini 'ketahuan' konstitusi kita
mengecewakan. Jadi, 'kekurusan' jokowi menjadi lambang perwakilan masyarakat.
YESS! Kemasan
yang ideal.
Secara isi, gubernur
lulusan insinyur kehutanan ini tidak bisa diremehkan. Sebagai pengusaha mebel
yang ‘Go Internasional’ ia banyak menyerap tekhnik tata kota yang ia temui di belahan
Eropa. Maka hasilnya, disulaplah kota Solo menjadi kota yang asri di masa
kepemimpinannya. Di kota ini pula ia memulai berbagai gebrakkan dalam sistem
pemerintahan, semisal kartu kesejahteraan, pelayanan yang cepat, relokasi PKL,
dll. Sikapnya yang tidak mengambil hak
(Gaji) sebagai wlikota Solo pun menjadi nilai tambah karena secara tidak
langsung menyimpulkan: “Uang haknya saja tidak diambil bagaimana mungkin ia
berani mengambil yang bukan haknya”. Selain itu, citra ‘blusukkan’ tak bisa
ditinggalkan begitu saja.
Kota Jakarta
adalah kota besar, tentulah karena Jakarta adalah Ibukota Negara Indonesia. Ada
ekspektasi tinggi yang mengapung di angan-angan warga Jakarta kala Jokowi
terpilih menjadi gubernur. Tanah yang tetap kering ketika musim hujan tiba,
kemacetan yang terurai, PKL tersusun rapih, gelandangan lenyap di jalan-jalan, warga
miskin berkurang, dan masih banyak lagi yang lainnya, itulah di antaranya
angan-angan warga yang juga menjadi janji dari seorang Jokowi. Kurang-lebih
satu tahun setengah Jokowi menjadi orang nomor satu di Jakarta, sudah ada
progress yang baik dari beberapa program yang telah dicanangkan. Akan tetapi kinerjanya
masih belum ada hasil apa-apa karena memang pemerintahannya belum full 5 tahun.
Hutan akan tetap
lestari dan menghijau asal tidak diganggu manusia. airnya akan tetap jernih,
pohon-pohonnya akan semakin menjulang ke langit, flora dan fauna akan hidup
tenang. Sehari lalu Jokowi resmi
dimandatkan PDIP menjadi Capres. Ini menjadi kabar baik untuk para pendukung
Jokowi. Akan tetapi ada yang harus diingat, Jokowi masih memiliki kewajiban
yang perlu ia selesaikan. Menjalankan Jakarta bukanlah seperti merawat hutan. Jokowi
tidak bisa meninggalkan Jakarta begitu saja dan berharap banjir surut
sendirinya serta macet terurai kemudian. Seandainya nanti Jokowi terpilih menjadi
presiden maka janji-janjinya untuk Jakarta setahun lalu akan tetap berupa
angan-angan. Pyuh. Terbang ke langit ke tujuh.
Lantas apa
bedanya Jokowi dengan yang lain??
Tidak ada komentar:
Posting Komentar