You cannot discover new oceans unless he has the courage to lose sight of the shore
Rabu, 01 Februari 2012
Inilah Guru (Bahasa) Indonesia
Ketika saya akan mengajarkan mata pelajaran Bahasa Indonesia dengan materi membaca puisi, hati saya terenyuh saat membaca dengan seksama sebuah puisi dari buku paket karya Imam Taufik dkk. Inilah lebih lengkapnya puisi tsb. ;IndonesiakuAngin berdesir di pantai Burung berkicau dengan merdu Itulah indonesiaku Sawahnya menghijauGunungnya tinggi menjulangRakyatnya aman dan makmurIndonesiaku Tanah airku Tanah tumpah darahkuDi sana aku dilahirkan dan dibesarkanDisanalah aku menutup mata Nathalia Christina K Betapa hati saya enggan berujar ke mereka karena apa yang akan saya sampaikan adalah kebohongan. Ingin saya ubah larik puisi diatas sesungguhnya Indonesia kita adalah angin yang bergumul di pantai hinjgga gubuk-gubuk yang berjajar di tepi bertebaran , burung berteriak nestapa dalam kurungan, itulah Indonesia kita;Sawahnya tenggelam dimakan lahan pendirian pabrik-pabrik, gunungnya kering kerontang tanpa hutan bahkan penuh dengan sisa pembakaran; rakyatnya jauh aman dari makmur, pembunuhan, perampokan, mutilasi, pemerkosaan, bahkan mahasiswa tawuran pun menjadi makanan sehari-hari, pedagang meronta, kemiskinan merajalela, anak tanpa masa depan, orang tua tanpa penghidupan, sang fakir yang terkungkung dalam pesakitan.Ingin ku katakan itu pada mereka. Tapi apa berpengaruhnya berbicara dengan anak-anak kelas 3 SD, mereka tidak akan mengerti. Itu hanya akan menjadi hal yang percuma saja. Saya hanya berdoa semoga puisi itu bisa menjadi motivasi bagi mereka untuk mewujudkannya dalam dunia nyata dan andai saja memang tak bisa mengubah apapun, saya harap mereka tetap bangga dilahirkan dan dibesarkan di Indonesia dan tidak enggan menutup mata di tanah tercinta kita ini.Akhirnya, saya memang harus berpegangan pada perkataan salah seorang dosen saya yang menyatakan bahwa terkadang kita harus mengajarkan hal yang salah.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar