Jumat, 15 Juni 2012

Kenyataan

Jejak-jejak langkah itu begitu indah, didalamnya kutemukan keping-keping kenangan berserakan, bertebaran seperti tak bertuan, coba pilahlah adakah kepingan yang mengisahkan tentang kita, tentang kita bersama, hanya kisah kita berdua.

Dulu, ketika aku disana, menatapmu dari sekatnya, memperhatikan kamu dari dekapannya dan aku pun mencintaimu dari antara hatinya,

Hingga,,,

Hingga kini,,

Aku tak tau berpijak dimana??



Pernah, kusapa matahari dan kutanyakan kepadanya, dia hanya membisu, berusaha bicara dengan isyarat cahaya,,

Sayang,, aku tak memahami,, terus kutunggu ,, namun sepertinya ia muak dengan pertanyaan-pertanyaan sama yang aku ajukan, ia pun berangsur pergi tanpa jawaban dan tak seberkas cahaya pun yang ia tinggalkan kepadaku untukku terjemahkan.



Lalu kupanggil hujan dan coba bertanya padanya, syukur ia tak membisu, namun tetap saja aku tak mengerti dengan gemericik yang ia hadirkan bahkan dengan dengan deru deram angin dan petir yang membantu menjawabnya

Aku tetap saja, tetap saja tak mengerti.

Hujan pun Satu demi satu berpamitan padaku, angin dan petir tak lama menyusulnya.



Kini, aku hanya sendiri,

Bertemani sepi,

Bertemani air  menggenang yang hujan sisakan



*saat semua tenagaku sudah kukerahkan, saat usahaku benar-benar dititik nadir, aku mulai meniti titik terang, aku mulai menemukan jawabannya, ternyata jawabannya ada didalam diriku sendiri, yaitu kenyataan,

Iya, kenyataan yang harus kujalani, seberapa sulit kenyataan itu..





Tangerang 19 januari 2011



*diinterpretasikan dari kutipan Andrea Hirata dalam novel “Edensor”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar