Kamis, 17 Mei 2012

Menjadi Remaja yang Berpribadi Mandiri


Kemampuan untuk melakukan kehendak, menentukan sendiri setiap tindak dan perbuatan, mampu mengembangkan diri, dan dapat tampil sebagai pribadi utuh, mantap, kuat, harmonis, dan dapat mempertanggungjawabkan segala perbuatannya merupakan karakteristik pribadi yang mandiri. Seseorang yang memiliki pribadi mandiri, secara psikis berarti memiliki pribadi yang matang, memiliki karakter kuat, mampu mempengaruhi orang laintapi tidak mudah dipengaruhi orang lain.
Dalam realitas sehari-hari, remaja kerap menampakkan ciri-ciri pribadi mandiri. Misalnya dapat dilihat melalui perkataanya, “gue adalah gue”, “aku adalah pribadiku sendiri, bukan siapa-siapa”, “saya dapat berbuat sesuatu”, “saya bisa bertanggung jawab”, saya adalah priibadi yang bisa mandiri”, dan sebagainya. Sebagian dari kita mungkin menganggap bahwa pernyataan “kemandirian”, yang diucapkan remaja sebatas ikut-ikutan, agar remaja tersebut dianggap mandiri. Padahal mungkin saja iu adlah refleksi dari keinginan remaja diakui identitas kemandiriannya. Sebab kemandirian itu diidentifikasikan muncul dalam situasi yang bebas untuk mendapatkansesuatu secara langsung dari kemamppuan remaja itu sendiri.
Dua pandangan berbeda dari realitas penampilan remaja di atas menggiring pada dua asumsi;
1)      Bisa dilihat remaja dari sudut posotif bahwa pernyataan itu merupakan modal kemandirian dalam menghadapi dunia nyata sebab kemandirian sangat diperlukan sebagai kepemilikan sebuah nilai untuk menghadapi persaingan.
2)      Dapat dilihat dari sisi negative bahwa pernyataan tersebut hanya merupakan kamuflase untuk menutupi kemandiriannya. Remaja yang tidak mandiri biasanya berbuat sesuatu hanya mengharap penghargaan dari orang lain.
Seseorang yang berkeppribadian mandiri tidak begitu mudah terpengaruh dengan oikiran pikiran orang lain. Saat bekerja ia mampu membuat kesan positiff pada lingkungannya. Ia memiliki kekuatan perasaan yang sering terlihat sebagai sikap dapat menerima dan terbuka terhadap orang lain. Selain  itu ia memiliki rasa percaya diri ketika memecahkan masalah-maslah yang baru. Dan pribadi yang mandiri adalah pribadi yang dapat menentukan sikap untuk mengkoordinasikan dan mengakomodir kepentingan bersama. Saat terjadi konflik ia memengaruhi dan mengikat berbagai pihak dengan berbagai cara untuk menyepakati sebuah tujuan bersama.
Mengapa remaja harus mandiri? Mukhtar dkk (2001) mengemukakan kemandirian remaja mutlak diperlukan karena didasari oleh pandangan:
1)      Remaja harus memiliki nilai kehidupan sebagai pedoman hidupnya, nilai kehidupan yang meliputi sifat pribadinya yang harus baik, artinya dapat dijadikan panutan oleh semua remaja. Karena segala gerak langkah seorng remaja akan dinilai oleh lingkungan sebagai cirri khas pribadinya. Kesalahan penerapan nilai atau norma yang dilakukan remaja akan menjadi tunutunan sendiri bagi masyarakat.
2)      Remaja mempunyai tanggung jawab untuk bertindak apabila menjadi sesuatu yang berlawanan dengan rasa keadilan. Karena itu, nilai-nilai yang baik begitu berarti bagi remaja sebagai pedoman hidupnya.
3)      Remaja harus mempunyai semangat yang tinggi dalam belajar. Untuk semua hal tersebut, maka kemandirian merupakan syarat mutlak bagi seorang remaja.

A.    Konsep Diri sebagai Sumber Kemandirian
Kemandirian seseorang (remaja) ditemukan oleh konsep diri. Konsep diri pada dasranya adalah keadaan internal remaja yang memiliki identitas. Pembentukan konsep diri remaja dilihat dari sudut karakteristiknya cukup beragam. Keragaman ini karena dari kepribadian sifat dan lingkungan hidup manusia yang lahir dan dibesarkan sudah mengalami berbagai perbedaan dalam pola asuh dan binaan.
            Burns (1993) sebagaimana dikutip Mukhtar, dkk (2001) melihat pembentukan konsep diri bersumber dari lima hal.
1.      Citra diri dan bentuk tubuh yang berbeda-beda.
Perbedan fisik dan psikis seseorang ternyata memberikan perbedaan pada pencitraan dirinya. Remaja yang memiliki kelebihan-kelebihan tertentu, baik merupakan fisik maupun psikis. Remaja yang memiliki tingkat intelektualitas yang lebih secara psikis akan memiliki konsep diri yang lebih mantap, demikian juga sebaliknya. Pandangan lain mengatakan konsep diri yang mantap bukan muncul dari kelebihan psikis dan fisik seseorang tetapi lebih dikarenakan pencitraandiri dalam  dirinya yang direfleksikan ke dalam pandangan, pikiran, sikap serta prilakunya.
2.      Kemampuan yang bervariasi dalam menggunakan bahasa untuk mengkonseptualisasikan dan memverbalisasikan diri dengan orang lain.
Seluruh anggota tubuh kita adalah alat komunikasi. Tidak terbatas dalam bentuk verbal, tetapi juga isyarat anggota tubuh merupakan sarana komunikasi. Seorang yang mengenal symbol-simbol bahasa yang banyak, akan banya pula model variasi bahasa yang digunakan ketika ia berkomunikasi dengan lingkungannya. Demikian pula dengan seorang remaja yang menguasai banyak symbol bahasa akan mudah berkomunikasi dengan lingkungannya; dengan isyarat mata, kerutan dahi, tangan dan anggota tubuh lainnya.

3.      Persepsi terhadap orang yang dihormati.
Setiap orang memiliki unsur ketidakberdayaan dalam dirinya. Pada saat remaja ada saatt-saat tertentu, remaja merasa tidak memiliki kemampuanterhadap sesuatu sehingga ia merasa perlu menghindarinya. Menghadapi situasi ini biasanya remaja membutuhkan bantuan dari orang-orang yang dihormati. Dalam hal ini yang ,menjadi tumpuan yang utama adalah orang tua, karena remaja sering mengidentifikasikan keunggulan orang tuanya. Atau ia mempersepsikan teman sebaya dan orang yang lebih tua darinya yang memiliki keakraban hubunan.
4.      Identifikasi peran seks yangt beragam.
Peran seks dalam hal ini lebih merupakan suatu pola peniruan remaja terhadap berbagai penampilan teman wanita atau pria. Seorang remaja wanita dapat saja meniru penampilan, misalnya dalam berpakaian, penampilan model rambut dan berbagai gaya yang membuat mereka betul-betul simpati dengan orang yang diidolakan.
5.      Praktik pola asuh dan binaan remaja yang berlainan.
Dalam satu keluarga terdapat system perbedaan pola asuh dan pola binaan yang diberikan. Rumah tangga yang harmonis akan memberikan asuhan yang baik kepada remaja dimanapun ia berada, sebaliknya rumah tangga yang tidak harmonis akan berimplikasi pada remaja.
Untuk menjadi pribadi yang mandiri, remaja harus memiliki konsep diri, selain dari lima sumber yang telah diurai di atas, ternyata terbentuknyakonsep diri melelui beberapa tahaoan, yang menurut Havighrust yang dikutip mukhtar, dkk (2001) terdapat sepuluh tahapan perkembangan yang harus dilalui remaja, yakni:
1)      Membina hubungan yang lebih dewasa dengan teman sebbaya (laki-laki dan perempuan).
2)      Mencapai peran jenis kelamin sebagai laki-laki atau perempuan.
3)      Menerima keadaan jasmaninya dan menggunakannya secara efektif.
4)      Mencapai kemandirian emosional dari ketergantungan kepada orang tua atau oorang dewasa lainnya.
5)      Mencapai keyakinan kemandirian ekonomi pada masa mendatang.
6)      Memilih dan mempersiapkan diri untuk suatu pekerjaan tertentu.
7)      Menyiapkan diri untuk perkawinan dan berkeluarga.
8)      Mengembangkan keterampilan dan konsep intelektual sebagai warga masyarakat.
9)      Menginginkan dan melakukan tindakan-tindakan yang secara social bertanggung jawab.
10)  Memilih perangkat tata nilai dan tata karma yang menuntut prilakunya.


B.     Karakteristik Remaja yang Mandiri
Kemandirian merupakan bagian teroenting dari identitas diri seseorang. Seorang remaja yang mandiri berarti ia telah memiliki identitas diri. Tidak semua remaja mampu mencapai kemandirian secara sempurna sebab kemandirian ini bergantung dengan karakteristik atau sifat-sifat yang dimiliki oleh remaja tersebut. Sifat-sifat itu antara lain:
1)      Tidak bergantung kepada orang lain, artinya ia mampu mengerjakan tugas-tugas pribadi atau tanggung jawabnya secara baik, tidak mengharapkan adanya bentuan dari orang lain. Ia berusaha menyelesaikan masalah hidupnya secara sendiri.
2)      Inisiatif, orang yang memiliki kemandirian adalah orang penuh inisiatif. Ia bekerja berdasarkan dorongan dari dalam dirinya, tanpa dipaksa atau didorong-dorong oleh orang lain.
3)      Memiliki daya kreasi tinggi, seorang yang mandiri merasa tidak puas dengan keadaan atau situasi yang tidak menyamankan dirinya. Ia akan mencari ide-ide kreatif untuk menciptakan suasana berbeda dari yang telah ada.
4)      Cerdas, mutlak seorang yang mandiri adalah orang yang cerdas karena ia berusaha dengan kemampuan inisatifnya dan daya kreasi tinggi menciptakan kondisi yang memuaskan dirinya.
Agoes Dariyo (2004) menyatakan bahwa kemandirian merupakan salah satu sifat dalam diri orang yang memiliki identitas diri (jati diri). Kemandirian adalah sifat yang tidak bergantung pada diri orang lain. Ia akan berusaha menyelesaikan masalah dalam hidupnnya sendiri. Ia akan berusaha menggunakan segenap kemampuan inisiatif, daya kreasi, dan kecerdasan dengan sebaik-baiknya. Dengan kemandirian inilah, justru merupakan tantangan untuk membuktikan kreativitasnya.




SUMBER : Ardin, dkk., 2006, Bimbingan dan Konseling, Jakarta: Pustaka Mulia


Oleh: Permadi Hendra Lesmana

Tidak ada komentar:

Posting Komentar