Senin, 18 Juni 2012

ANAKON ANAKES


ANALISIS KESALAHAN KATA DEPAN, KATA SAMBUNG DAN KATA ULANG
DITUJUKAN UNTUK MEMENUHI TUGAS MATA KULIAH ANAKON ANAKES
                                                           







DISUSUN OLEH:
Irsyad Zulfahmi              109013000107



JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UIN SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2012
KATA PENGANTAR
            Puji dan syukur atas rahmat Allah SWT Tuhan pencipta alam, karena atas rahmat-Nyalah makalah ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya. Shalawat dan salam kami panjatkan kepada junjungan kita nabi besar Muhammad SAW.
Kami ucapkan terima kasih kepada:

  1. Ibu Hindun selaku Dosen Anakon Anakes yang telah membimbing kami dalam pembuatan makalah ini.
  2. Orang tua kami yang telah memberikan inspirasi dan semangat kepada kami.
  3. Teman-teman yang telah mendukung pembuatan makalah ini.

Makalah yang berjudul “Analisis Kata Depan, Kata Ulang dan Kata Penghubung” ini bertujuan untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Anakon Anakes. Makalah ini tak luput dari kesalahan, untuk itu kami menerima saran dan kritik dari pembaca. Semoga makalah ini dapat memberikan inspirasi dan bermanfaat bagi para pembaca yang budiman. Akhir kalam, kami ucapkan terima kasih.


                                                                                                Jakarta, 7 Juni 2012


                                                                                                                        Penulis



BAB I
PENDAHULUAN

1.1       Latar Belakang
Banyaknya kesalahan yang ada dalam harian umum yang biasa kita baca, mulai dari tanda baca, penulisan ejaan yang benar, pemilihan diksi, penggunaan kata ulang, kata depan, kata penghubung dan lain-lain, agaknya patut menjadi sorotan para akademisi yang konsentrasinya pada hal-hal yang bersifat kenapa, apa dan bagaimana penulisan yang benar dan baik.
Analisis pada harian umum sering dilakukan untuk sekedar mengevalusi struktur kalimat pada harian umum tersebut atau pun memang perlunya kita teliti kesalahan-kesalahan berbahasa dan menulis sesuai kaidah EYD (Ejaan Yang Disempurnakan). Hal ini berpengaruh pula dalam hal standarisasi penulisan harian umum secara baik dan benar.
Dilihat dari makin maraknya tabloid, kolom, bulletin sampai harian umum yang belakangan ini bermunculan, semakin banyak pula kesalah-kesalahan dalam penulisan di kolom mereka masing-masing. Dari hal ini dapat kita simpulkan perlunya di adakan analisis kesalah dalam penulisan merupakan sebuah pembelajaran bagi kita untuk nantinya dalam dunia penulisan tidak salah.
1.2       Rumusan Masalah
1.         Apakah yang dimaksud dengan kata depan?
2.         Apakah yang dimaksud dengan kata penghubung?
3.         Apakah yang dimaksud dengan kata ulang?

1.3       Tujuan Penulisan
1.         Mengetahui apa yang dimaksud dengan kata depan.
2.         Mengetahui apa yang dimaksud dengan kata penghubung.
3.         Mengetahui apa yang dimaksud dengan kata ulang.

BAB II

A.   Kata Depan atau Preposisi
Kata depan atau preposisi adalah kategori yang terletak di depan kategori lain (terutama nomina) sehingga terbentuk frase eksosentris direktif. Kata depan atau preposisi meliputi di, ke, dari yang ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya, kecuali di dalam gabungan kata yang sudah lazim di anggap sebagai satu kata, seperti kepada dan daripada. Kata depan atau preposisi adalah kata yang merangkaikan kata-kata atau bagian kalimat dan biasanya diikuti oleh nomina atau pronomina. Preposisi bisa berbentuk kata, misalnya di dan untuk, atau gabungan kata, misalnya bersama atau sampai dengan.
Hal ini dipertegas oleh J.S Badudu yang menyatakan kata depan atau yang disebut preposition dalam bahasa inggris ialah kata yang selalu ditempatkan di depan kata yang diterangkannya. Ada 3 buah kata depan dalam bahasa Indonesia yaitu di, ke dan dari. Di samping itu, ada lagi kata depan lain dalam bahasa Indonesia[1].  Misalnya:
a) kata tentang yang berfungsi membatasi
Contoh: tentang hal itu, tentang pendidikan;
b) kata oleh yang berfungsi macam-macam
Contoh: - oleh Amin, oleh adiknya (menunjukan pelaku)
            - basah oleh hujan, oleh marahnya (menyatakan sebab)
c)  kata kepada yang menunjukan orang yang berkepentingan
Contoh: kepada guruku, kepada pemerintah. 

 

Penggolongan

Cara penggolongan preposisi bervariasi tergantung dari rujukan yang digunakan. Berikut salah satu cara penggolongan yang dapat digunakan:
  1. Preposisi yang menandai tempat. Misalnya di, ke, dari.
  2. Preposisi yang menandai maksud dan tujuan. Misalnya untuk, guna, tentang.
  3. Preposisi yang menandai waktu. Misalnya hingga, hampir.
  4. Preposisi yang menandai sebab. Misalnya demi, atas, oleh.

B.    Kata Ulang
Kata ulang dapat dibahas dengan meninjaunya dari segi bentuk dan dari segi makna atau fungsi perulangan kata.
1.     Bentuk Kata Ulang
Menurut bentuknya, kata ulang dapat dibagi sebagai berikut:
Kata ulang penuh atau kata ulang murni, yaitu semua kata ulang yang dihasilkan oleh perulangan unsur-unsurnya secara penuh. Misalnya: rumah-rumah, sakit-sakit.
Kata ulang berimbuhan atau kata ulang bersambungan, yaitu semua kata ulang yang salah satu unsurnya berimbuan: awalan, sisipan, atau akhiran. Misalnya: berjalan-jalan, turun-temurun, tanam-tanaman.
Kata ulang berubah bunyi, yaitu kata ulang yang mengalami perubahan bunyi pada unsur pertama atau unsur kedua kata ulang. Misalnya: bolak-balik, serba-serbi.
Kata ulang semu, yaitu kata yang hanya dijumpai dalam bentuk ulang itu. Jika tidak diulang, komponennya tidak memunyai makna atau bisa juga memunyai makna lain yang tidak ada hubungannya dengan kata ulang tersebut. Misalnya: hati-hati, tiba-tiba, kunang-kunang.
Kata ulang dwipurwa, yang berarti "dahulu dua" atau kata ulang yang berasal dari komponen yang semula diulang kemudian berubah menjadi sepatah kata dengan bentuk seperti itu. Kata ulang ini disebut juga reduplikasi, yang berasal dari bahasa Inggris "reduplication" yang berarti perulangan. Sebenarnya semua kata ulang juga dapat disebut reduplikasi. Misalnya: lelaki, tetanaman.

2.     Makna dan Fungsi Kata Ulang
1.      Perulangan kata benda. Makna yang terkandung dalam perulangan dengan bentuk dasar kata benda.
·         Menyatakan benda itu bermacam-macam. Misalnya: buah-buahan, sayur-sayuran.
·         Menyatakan benda yang menyerupai bentuk dasar itu. Misalnya: anak-anakan, orang-orangan.
2.      Perulangan kata kerja. Makna yang terkandung dalam perulangan dengan bentuk dasar kata kerja.
·         Menyatakan bahwa pekerjaan itu dilakukan berulang-ulang atau beberapa kali. Misalnya: meloncat-loncat, menyebut-nyebut.
·         Menyatakan aspek duratif, yaitu proses pekerjaan, pembuatan, atau keadaan yang berlangsung lama. Misalnya: berenang-renang, duduk-duduk.
·         Menyatakan bermacam-macam pekerjaan. Misalnya: cetak-mencetak, karang-mengarang.
·         Menyatakan pekerjaan yang dilakukan oleh dua belah pikak atau berbalasan. Misalnya: tembak-menembak, tuduh-menuduh
3.      Perulangan kata sifat. Makna yang terkandung dalam perulangan dengan bentuk dasar kata sifat.
·         Menyatakan makna lebih (intensitas). Misalnya: Berjalan cepat-cepat! Kerjakan baik-baik!
·         Menyatakan makna sampai atau pernah. Misalnya: Tak sembuh-sembuh sakitnya walaupun ia sudah berobat ke luar negeri (tak pernah sembuh). Habis-habisan ia berbelanja (sampai habis).
·         Digabungkan dengan awalan se- dan akhiran -nya mengandung makna superlatif (paling). Misalnya: Kerjakan sebaik-baiknya agar hasilnya memuaskan. Terbangkan layang-layangmu setinggi-tingginya.
·         Berlawanan dengan makna nomor satu atau melemahkan arti kata sifat itu.Misalnya: Badanku sakit-sakit saja rasanya. (sakit di sana-sini, tapi tidak terlalu sakit) Kalau kepalamu pening-pening, bawalah tidur. (agak pening; pening sedikit)
·         Bentuk yang seolah-olah sudah mejadi ungkapan dalam bahasa Indonesia, makna perulangannya kurang jelas. Misalnya: Jangan menakut-nakuti anak-anak karena akan memengaruhi jiwanya kelak.
4.      Perulangan kata bilangan
·         Perulangan kata satu menjadi satu-satu memberi makna "satu demi satu". Misalnya: Peserta ujian masuk ruangan itu satu-satu.
·         Perulangan kata satu dengan tambahan akhiran -nya memberi makna "hanya satu itu". Misalnya: Ini anak saya satu-satunya.
·         Perulangan kata dua-dua, tiga-tiga, dst. memberi pengertian "sekaligus dua, tiga, dst." Misalnya: Jangan masuk dua-dua karena pintu itu tidak lebar.
·         Bentuk perulangan berpuluh-puluh, beratus-ratus, beribu-ribu, dst. menyatakan makna "kelipatan sepuluh, seratus, seribu, dst. Misalnya: Beribu-ribu orang yang mati dalam peperangan itu.
·         Bentuk perulangan kata bilangan dengan awalan ber-, saat ini sering diganti dengan bentukan dengan akhiran -an. Misalnya: berpuluh-puluh menjadi puluhan.[2]

C.   Kata Penghubung
Kata penghubung atau kata sambung bertugas menghubungkan dua kata atau kalimat (klausa). Kata penghubung diklasifikasikan antara lain:


1.      Kata Penghubung Koordinatif
Kata penghubung yang menghubungkan dua unsur atau lebih, yang sifat atau kedudukannya sama. Kata penghubung koordinatif, antara lain dan, atau, serta tetapi. Kata dan digunakan untuk menandai hubungan penambahan. Kata atau digunakan untuk menandai hubungan pemilihan. Kata tetapi digunakan untuk menandai hubungan perlawanan.
Perhatikan contoh berikut.
  1. Karena terlalu asik bermain dan bercanda, mereka lupa mengerjakan tugas.
  2. Bahan masakan ini dapat diganti dengan ikan atau daging sapi.
  3. Mereka berlarian menuruni tangga, tetapi hanya dia yanng diam membatu.
2.      Kata Penghubung Subordinatif
Kata penghubung yang menghubungkan dua kalimat atau lebih, yang kedudukannya tidak sama. Dalam kalimat tersebut terdapat anak kalimat dan induk kalimat. Berikut ini kalimat yang termasuk kalimat penghubung subordinatif.
  1. a. Kata penghubung yang menunjukkan waktu: setelah, sebelum, ketika, sementara, sehingga, sampai.
  2. b. Kata penghubung yang menunjukkan syarat: jika, asalkan, manakala.
  3. c. Kata penghubung yang menunjukkan pengandaian: seandainya, umpama.
  4. d. Kata penghubung yang menunjukkan perlawanan: meskipun, kendatipun, biarpun.
  5. e. Kata penghubung yang menunjukkan tujuan: agar, supaya, biar, jadi.
  6. f. Kata penghubung yang menunjukkan kemiripan: seolah-olah, seperti, seakan-akan, sebagaimana.
  7. g. Kata penghubung yang menunjukkan akibat: sebab, karena.
  8. h. Kata penghubung yang menunjukkan penjelasan: bahwa.
  9. i. Kata penghubung yang menunjukkan cara: dengan.


3.      Kata Penghubung Korelatif
Kata penghubung yang menghubungkan dua kata, frase, atau klausa, yang mengandung kedudukan sama. Dibawah ini dapat Anda lihatbeberapa kalimat yang mengandung kata penghubung korelatif.
  1. Baik pelatih maupun mahasiswa berlatih dengan tekun.
  2. Apakah ditranfusi atau tidak, itu urusan dokter.
  3. Entah berhasil, entah tidak, yang jelas ia tetap menolong korban itu.
  4. Jangankan orang lain, ibunya pun tidak bisa menghalangi niat anaknya untuk masuk grup band tersebut.
D.   Analisis Koran
Dibawah ini adalah hasil analisis kesalahan penulisan (yang digaris bawahi dan dilingkari menggunakan warna merah) dan klasifikasi kata penghubung, kata depan, dan kata ulang (yang digaris bawahi dan dilingkari menggunakan warna hitam)
PENUTUP
Kesimpulan
·        Kata depan atau preposisi adalah kata yang merangkaikan kata-kata atau bagian kalimat dan biasanya diikuti oleh nomina atau pronomina. Preposisi bisa berbentuk kata, misalnya di dan untuk, atau gabungan kata, misalnya bersama atau sampai dengan.
·         Menurut bentuknya, kata ulang dapat dibagi sebagai berikut:
Ø  Kata ulang penuh atau kata ulang murni
Ø  Kata ulang berimbuhan atau kata ulang bersambungan
Ø  Kata ulang berubah bunyi
Ø  Kata ulang semu
Ø  Kata ulang dwipurwa
Makna dan Fungsi Kata Ulang meliputi:
Ø  Perulangan kata benda.
Ø  Perulangan kata kerja.
Ø  Perulangan kata sifat.
Ø  Perulangan kata bilangan

·         Kata penghubung atau kata sambung bertugas menghubungkan dua kata atau kalimat (klausa). Kata penghubung diklasifikasikan antara lain:
Ø  Kata Penghubung Koordinatif
Ø  Kata Penghubung Subordinatif
Ø  Kata Penghubung Korelatif

·         Masih banyaknya kesalahan-kesalahan dalam menulis sesuai kaidah EYD yang ada di surat kabar adalah tolok ukur betapa perlunya kita dituntut untuk terus mempelajari cara-cara penulisan yang baik dan benar

Daftar Pustaka
Tim Citra Media 2011. EYD. Yogyakarta: Citra Media
Amran Tasai , Zaenal Arifin. 2008 Cermat Berbahasa Indonesia. Jakarta: Akademika Pressindo.
Putrayasa, Ida Bagus. 2007. Kalimat efektif (diksi, struktur, dan logika) Bandung: Rafika Aditama
Badudu, J.S. 1995. Inilah Bahasa Indonesia yang Benar.  Jakarta. Garamedia Pustaka Utama



[1] J.S. Badudu. Inilah Bahasa Indonesia yang Benar. 1995 (hlm 68) 
[2] [2] DR. J.S. Badudu. Membina Bahasa Indonesia Baku. Pustaka Prima, Bandung 1985 Halaman : 21 – 28

Tidak ada komentar:

Posting Komentar