ANALISIS KESALAHAN
KATA DEPAN, KATA SAMBUNG DAN KATA ULANG
DITUJUKAN UNTUK MEMENUHI TUGAS MATA
KULIAH ANAKON ANAKES
DISUSUN OLEH:
Irsyad Zulfahmi 109013000107
JURUSAN PENDIDIKAN
BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
FAKULTAS ILMU TARBIYAH
DAN KEGURUAN
UIN SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2012
KATA
PENGANTAR
Puji dan syukur atas rahmat Allah
SWT Tuhan pencipta alam, karena atas rahmat-Nyalah makalah ini dapat
diselesaikan tepat pada waktunya. Shalawat dan salam kami panjatkan kepada
junjungan kita nabi besar Muhammad SAW.
Kami
ucapkan terima kasih kepada:
- Ibu Hindun selaku Dosen Anakon Anakes yang telah membimbing kami dalam pembuatan makalah ini.
- Orang tua kami yang telah memberikan inspirasi dan semangat kepada kami.
- Teman-teman yang telah mendukung pembuatan makalah ini.
Makalah yang berjudul “Analisis Kata Depan, Kata Ulang
dan Kata Penghubung” ini bertujuan untuk memenuhi tugas Mata
Kuliah Anakon Anakes.
Makalah ini tak luput dari kesalahan, untuk itu kami menerima saran dan kritik
dari pembaca. Semoga makalah
ini dapat memberikan inspirasi dan bermanfaat bagi para pembaca yang budiman. Akhir kalam, kami
ucapkan terima kasih.
Jakarta,
7 Juni 2012
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Banyaknya
kesalahan yang ada dalam harian umum yang biasa kita baca, mulai dari tanda
baca, penulisan ejaan yang benar, pemilihan diksi, penggunaan kata ulang, kata
depan, kata penghubung dan lain-lain, agaknya patut menjadi sorotan para
akademisi yang konsentrasinya pada hal-hal yang bersifat kenapa, apa dan
bagaimana penulisan yang benar dan baik.
Analisis
pada harian umum sering dilakukan untuk sekedar mengevalusi struktur kalimat
pada harian umum tersebut atau pun memang perlunya kita teliti
kesalahan-kesalahan berbahasa dan menulis sesuai kaidah EYD (Ejaan Yang
Disempurnakan). Hal ini berpengaruh pula dalam hal standarisasi penulisan
harian umum secara baik dan benar.
Dilihat
dari makin maraknya tabloid, kolom, bulletin sampai harian umum yang belakangan
ini bermunculan, semakin banyak pula kesalah-kesalahan dalam penulisan di kolom
mereka masing-masing. Dari hal ini dapat kita simpulkan perlunya di adakan
analisis kesalah dalam penulisan merupakan sebuah pembelajaran bagi kita untuk
nantinya dalam dunia penulisan tidak salah.
1.2 Rumusan
Masalah
1. Apakah yang dimaksud dengan kata depan?
2. Apakah yang dimaksud dengan kata
penghubung?
3. Apakah yang dimaksud dengan kata ulang?
1.3 Tujuan
Penulisan
1. Mengetahui apa yang dimaksud dengan
kata depan.
2. Mengetahui apa yang dimaksud dengan
kata penghubung.
3. Mengetahui apa yang dimaksud dengan
kata ulang.
BAB II
A. Kata
Depan atau Preposisi
Kata
depan atau preposisi adalah kategori
yang terletak di depan kategori lain (terutama nomina) sehingga terbentuk frase
eksosentris direktif. Kata depan atau preposisi meliputi di, ke, dari yang
ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya, kecuali di dalam gabungan kata
yang sudah lazim di anggap sebagai satu kata, seperti kepada dan daripada. Kata depan atau preposisi adalah kata
yang merangkaikan kata-kata atau bagian kalimat
dan biasanya diikuti oleh nomina
atau pronomina.
Preposisi bisa berbentuk kata, misalnya di dan untuk, atau
gabungan kata, misalnya bersama atau sampai dengan.
Hal
ini dipertegas oleh J.S Badudu yang menyatakan kata depan atau yang disebut
preposition dalam bahasa inggris ialah kata yang selalu ditempatkan di depan
kata yang diterangkannya. Ada 3 buah kata depan dalam bahasa Indonesia yaitu
di, ke dan dari. Di samping itu, ada lagi kata depan lain dalam bahasa
Indonesia[1]. Misalnya:
a)
kata tentang yang berfungsi membatasi
Contoh:
tentang hal itu, tentang
pendidikan;
b)
kata oleh yang berfungsi macam-macam
Contoh:
- oleh Amin, oleh adiknya
(menunjukan pelaku)
- basah oleh hujan, oleh marahnya (menyatakan sebab)
c) kata kepada
yang menunjukan orang yang berkepentingan
Contoh:
kepada guruku, kepada
pemerintah.
Penggolongan
Cara
penggolongan preposisi bervariasi tergantung dari rujukan yang digunakan.
Berikut salah satu cara penggolongan yang dapat digunakan:
- Preposisi yang menandai tempat. Misalnya di, ke, dari.
- Preposisi yang menandai maksud dan tujuan. Misalnya untuk, guna, tentang.
- Preposisi yang menandai waktu. Misalnya hingga, hampir.
- Preposisi yang menandai sebab. Misalnya demi, atas, oleh.
B. Kata Ulang
Kata
ulang dapat dibahas dengan meninjaunya dari segi bentuk dan dari segi makna
atau fungsi perulangan kata.
1.
Bentuk
Kata Ulang
Menurut
bentuknya, kata ulang dapat dibagi sebagai berikut:
Kata ulang penuh atau
kata ulang murni, yaitu semua kata ulang yang dihasilkan
oleh perulangan unsur-unsurnya secara penuh. Misalnya: rumah-rumah, sakit-sakit.
Kata ulang berimbuhan
atau kata ulang bersambungan, yaitu semua kata ulang
yang salah satu unsurnya berimbuan: awalan, sisipan, atau akhiran. Misalnya: berjalan-jalan, turun-temurun,
tanam-tanaman.
Kata ulang berubah
bunyi, yaitu kata ulang yang mengalami perubahan bunyi
pada unsur pertama atau unsur kedua kata ulang. Misalnya: bolak-balik, serba-serbi.
Kata ulang semu,
yaitu kata yang hanya dijumpai dalam bentuk ulang itu. Jika tidak diulang,
komponennya tidak memunyai makna atau bisa juga memunyai makna lain yang tidak
ada hubungannya dengan kata ulang tersebut. Misalnya: hati-hati, tiba-tiba, kunang-kunang.
Kata ulang dwipurwa,
yang berarti "dahulu dua" atau kata ulang yang berasal dari komponen
yang semula diulang kemudian berubah menjadi sepatah kata dengan bentuk seperti
itu. Kata ulang ini disebut juga reduplikasi, yang berasal dari bahasa Inggris
"reduplication" yang berarti perulangan. Sebenarnya semua kata ulang
juga dapat disebut reduplikasi. Misalnya: lelaki, tetanaman.
2.
Makna
dan Fungsi Kata Ulang
1. Perulangan
kata benda. Makna yang terkandung dalam perulangan dengan bentuk dasar kata
benda.
·
Menyatakan benda itu
bermacam-macam. Misalnya: buah-buahan,
sayur-sayuran.
·
Menyatakan benda yang
menyerupai bentuk dasar itu. Misalnya:
anak-anakan, orang-orangan.
2. Perulangan
kata kerja. Makna yang terkandung dalam perulangan dengan bentuk dasar kata
kerja.
·
Menyatakan bahwa
pekerjaan itu dilakukan berulang-ulang atau beberapa kali. Misalnya: meloncat-loncat, menyebut-nyebut.
·
Menyatakan aspek
duratif, yaitu proses pekerjaan, pembuatan, atau keadaan yang berlangsung lama.
Misalnya: berenang-renang, duduk-duduk.
·
Menyatakan
bermacam-macam pekerjaan. Misalnya: cetak-mencetak,
karang-mengarang.
·
Menyatakan pekerjaan
yang dilakukan oleh dua belah pikak atau berbalasan. Misalnya: tembak-menembak, tuduh-menuduh
3. Perulangan
kata sifat. Makna yang terkandung dalam perulangan dengan bentuk dasar kata
sifat.
·
Menyatakan makna lebih
(intensitas). Misalnya: Berjalan
cepat-cepat! Kerjakan baik-baik!
·
Menyatakan makna sampai
atau pernah. Misalnya: Tak sembuh-sembuh
sakitnya walaupun ia sudah berobat ke luar negeri (tak pernah sembuh). Habis-habisan
ia berbelanja (sampai habis).
·
Digabungkan dengan
awalan se- dan akhiran -nya mengandung makna superlatif (paling). Misalnya: Kerjakan sebaik-baiknya agar hasilnya
memuaskan. Terbangkan layang-layangmu setinggi-tingginya.
·
Berlawanan dengan makna
nomor satu atau melemahkan arti kata sifat itu.Misalnya: Badanku sakit-sakit saja rasanya. (sakit di sana-sini, tapi
tidak terlalu sakit) Kalau kepalamu pening-pening, bawalah tidur. (agak
pening; pening sedikit)
·
Bentuk yang seolah-olah
sudah mejadi ungkapan dalam bahasa Indonesia, makna perulangannya kurang jelas.
Misalnya: Jangan menakut-nakuti
anak-anak karena akan memengaruhi jiwanya kelak.
4. Perulangan
kata bilangan
·
Perulangan kata satu
menjadi satu-satu memberi makna "satu demi satu". Misalnya: Peserta ujian masuk ruangan itu satu-satu.
·
Perulangan kata satu
dengan tambahan akhiran -nya memberi makna "hanya satu itu". Misalnya:
Ini anak saya satu-satunya.
·
Perulangan kata
dua-dua, tiga-tiga, dst. memberi pengertian "sekaligus dua, tiga,
dst." Misalnya: Jangan masuk dua-dua
karena pintu itu tidak lebar.
·
Bentuk perulangan
berpuluh-puluh, beratus-ratus, beribu-ribu, dst. menyatakan makna
"kelipatan sepuluh, seratus, seribu, dst. Misalnya: Beribu-ribu orang yang mati dalam peperangan itu.
·
Bentuk perulangan kata
bilangan dengan awalan ber-, saat ini sering diganti dengan bentukan dengan
akhiran -an. Misalnya: berpuluh-puluh
menjadi puluhan.[2]
C. Kata Penghubung
Kata penghubung atau kata sambung bertugas menghubungkan dua
kata atau kalimat (klausa). Kata penghubung diklasifikasikan antara lain:
1. Kata
Penghubung Koordinatif
Kata penghubung yang menghubungkan dua unsur atau lebih,
yang sifat atau kedudukannya sama. Kata penghubung koordinatif, antara lain dan,
atau, serta tetapi. Kata dan digunakan untuk menandai
hubungan penambahan. Kata atau digunakan untuk menandai hubungan
pemilihan. Kata tetapi digunakan untuk menandai hubungan perlawanan.
Perhatikan
contoh berikut.
- Karena terlalu asik bermain dan bercanda, mereka lupa mengerjakan tugas.
- Bahan masakan ini dapat diganti dengan ikan atau daging sapi.
- Mereka berlarian menuruni tangga, tetapi hanya dia yanng diam membatu.
2.
Kata Penghubung Subordinatif
Kata penghubung yang menghubungkan dua kalimat atau lebih,
yang kedudukannya tidak sama. Dalam kalimat tersebut terdapat anak kalimat dan
induk kalimat. Berikut ini kalimat yang termasuk kalimat penghubung
subordinatif.
- a. Kata penghubung yang menunjukkan waktu: setelah, sebelum, ketika, sementara, sehingga, sampai.
- b. Kata penghubung yang menunjukkan syarat: jika, asalkan, manakala.
- c. Kata penghubung yang menunjukkan pengandaian: seandainya, umpama.
- d. Kata penghubung yang menunjukkan perlawanan: meskipun, kendatipun, biarpun.
- e. Kata penghubung yang menunjukkan tujuan: agar, supaya, biar, jadi.
- f. Kata penghubung yang menunjukkan kemiripan: seolah-olah, seperti, seakan-akan, sebagaimana.
- g. Kata penghubung yang menunjukkan akibat: sebab, karena.
- h. Kata penghubung yang menunjukkan penjelasan: bahwa.
- i. Kata penghubung yang menunjukkan cara: dengan.
3.
Kata Penghubung Korelatif
Kata penghubung yang menghubungkan dua kata, frase, atau
klausa, yang mengandung kedudukan sama. Dibawah ini dapat Anda lihatbeberapa
kalimat yang mengandung kata penghubung korelatif.
- Baik pelatih maupun mahasiswa berlatih dengan tekun.
- Apakah ditranfusi atau tidak, itu urusan dokter.
- Entah berhasil, entah tidak, yang jelas ia tetap menolong korban itu.
- Jangankan orang lain, ibunya pun tidak bisa menghalangi niat anaknya untuk masuk grup band tersebut.
D. Analisis Koran
Dibawah ini adalah hasil analisis kesalahan penulisan (yang digaris
bawahi dan dilingkari menggunakan warna merah) dan klasifikasi kata penghubung,
kata depan, dan kata ulang (yang digaris bawahi dan dilingkari menggunakan
warna hitam)
PENUTUP
Kesimpulan
·
Kata depan atau preposisi adalah kata
yang merangkaikan kata-kata atau bagian kalimat
dan biasanya diikuti oleh nomina
atau pronomina.
Preposisi bisa berbentuk kata, misalnya di dan untuk, atau
gabungan kata, misalnya bersama atau sampai dengan.
·
Menurut bentuknya, kata
ulang dapat dibagi sebagai berikut:
Ø Kata
ulang penuh atau kata ulang murni
Ø Kata
ulang berimbuhan atau kata ulang bersambungan
Ø Kata
ulang berubah bunyi
Ø Kata
ulang semu
Ø Kata
ulang dwipurwa
Makna
dan Fungsi Kata Ulang meliputi:
Ø Perulangan
kata benda.
Ø Perulangan
kata kerja.
Ø Perulangan
kata sifat.
Ø Perulangan
kata bilangan
·
Kata penghubung atau kata sambung bertugas menghubungkan dua
kata atau kalimat (klausa). Kata penghubung diklasifikasikan antara lain:
Ø Kata Penghubung Koordinatif
Ø Kata Penghubung Subordinatif
Ø Kata Penghubung Korelatif
·
Masih banyaknya kesalahan-kesalahan dalam menulis sesuai
kaidah EYD yang ada di surat kabar adalah tolok ukur betapa perlunya kita
dituntut untuk terus mempelajari cara-cara penulisan yang baik dan benar
Daftar Pustaka
Tim Citra Media 2011. EYD. Yogyakarta: Citra Media
Amran
Tasai , Zaenal Arifin. 2008 Cermat Berbahasa Indonesia. Jakarta: Akademika Pressindo.
Putrayasa, Ida Bagus. 2007. Kalimat efektif (diksi, struktur, dan logika)
Bandung: Rafika Aditama
Badudu, J.S. 1995. Inilah Bahasa Indonesia yang Benar. Jakarta. Garamedia Pustaka Utama
Tidak ada komentar:
Posting Komentar