Permadi H Lesmana: Kita akan pergi cukup jauh

Jumat, 15 Juni 2012

Kita akan pergi cukup jauh

Kita akan pergi cukup jauh, wahai angin
Sediakah kau tetap memberi tubuhmu untuk tubuhku
Menghembuskan ragamu menyisir lekuk labirin sisi gelap hidupku

Kita akan berjalan cukup jauh, wahai matahari
Masihkah kau setia menemaniku berkelana
Agar di hari esok kita selalu menyemai pagi bersama

Kita akan berlari semakin jauh, wahai bulan
Meninggalkan serbuan kegelapan yang mengejar kita
Lalu, kita berencana akan bergandeng tangan menganyam cahaya

Kita akan semakin jauh mengurai hari, wahai bumi
Sanggupkah kau tetap tebarkan debu-debu rindu di setiap persinggahan
Sebagai jejak dan tanda kebersamaan kita selalu menyenangkan

Kita akan semakin jauh meninggalkan segalanya, wahai malam
Telahkah kau ucapkan salam perpisahan kepada siang
Katakanlah bahwa kita tak tahu kapan akan kembali

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Pertemuan

Kau berdiam di beranda yang sama saat pertama kita bertemu.

Ku menatapmu dan kau memaku mataku, yang kulihat sekarang dirimu adalah angin sore ini ; pucat, pasi, sunyi dan membisu. Guguran hujan menganak di sepasang pipimu, membekas mengguratkan kekecewaan yang menguat. Namun di situ ku tak melihat barisan pelangi sedikitpun.

Kudesahkan bersama waktu bahwa aku ingin menjadi embun yang mengalir pasrah dan meliak-liuk di altar daun dengan indah. Meski ia tahu pasti akan berujung di atas permukaan tanah, tapi ia akan tetap bangga. Sebab karenanya bunga-bunga mekar setiap pagi.

Bunga itu adalah engkau. Sedangkan bunga-bunga itu adalah engkau dan mereka. Bunga merindukanku karena ia kuncup. Maka, setelah merona aku harus pergi. Sama seperti kepada mereka. Aku tak akan lama dan tak akan pernah lama, agar tak ada jejak noda yang kemudian membekas dan membuatnya membusuk.

Aku tak ingin menaburkan benih-benih harapan yang nantinya tumbuh subur setelah ku pergi. Aku tak berniat membuat hutan belantara dengan rembetan rumput liar yang menghiasinya, karena aku yakin kau akan mendapatkan benih-benih yang tertanam dengan pupuk perhatian, dirawat pagi dan sore oleh siraman kasih sayang, hingga berakhir bahagia dalam pesta panen kemudian mengisahkannya dalam cerita cinta.

Engkau merupakan mimpi yang melesat; cepat dan bercahaya. meski kemauan sering tak beriring dengan kemampuan. tapi kau tetap bintang, yang memiliki wilayah pijar di taman langitku.